Rabu, 22 Juli 2020

Media Sosial di tengah Pandemi Covid-19: Memicu atau Melawan Penyebaran?




Media Sosial di tengah Pandemi Covid-19: Memicu atau Melawan Penyebaran?
Oleh:
Febriani
Universitas Negeri Yogyakarta



Berkembangnya Pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini diiringi dengan tersebarnya banyak berita kebohongan (hoaks) melalui media sosial. Tercatat hingga 08 April 2020 terdapat 474 isu hoaks mengenai Covid-19 yang tersebar pada lebih dari 1000 platform digital (kominfo.go.id, 2020). Berita tersebut tersebar dikarenakan adanya oknum tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan situasi saat ini. Kondisi ini juga didukung oleh para warganet atau yang biasa disebut sebagai netizen (kbbi.kemdikbud.go.id) dengan menyebarkan berita tersebut di media sosial tanpa mencermati terlebih dahulu.
Berita hoaks tidak sendiri menjadi keresahan di media sosial saat ini. Hal ini dikarenakan media sosial juga terisi dengan banyaknya ujaran kebencian dan hujatan terutama kepada orang-orang yang terlibat dengan Covid-19. Salah satu kejadian yang sangat menguras nurani adalah hujatan yang diberikan kepada pasien 01 dan 02 positif Covid-19 (www.tagar.id., 2020). Bukannya saling memberikan semangat dan dukungan untuk pasien, namun para pengguna media sosial justru membagikan identitas pasien dengan semaunya dan melontarkan hujatan. Selain itu terdapat pula kasus tenaga medis yang juga dihujat karena mengeluhkan kurangnya APD (alat pelindung diri) saat bertugas beberapa waktu lalu. Akan tetapi, entah bagaimana postingan tersebut justru menjadi viral bahkan hingga diberitakan oleh banyak portal berita ternama. Ketika berita atau postingan tersebut dibaca oleh warganet lainnya seolah membuat geram dan naik darah. Hal ini menjadi pemicu banyak warganet yang justru seolah tertekan ketika membaca atau terlibat di dalam media sosial saat merebaknya Pandemi Covid-19.
Keresahan atau perasaan tertekan yang dialami oleh warganet yang hanya berperan sebagai pembaca dan mengkonsumsi banyak berita/postingan yang negatif dapat memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan psikologis. Hal ini didukung pula dengan banyaknya kegiatan yang hanya dilakukan di rumah saja sehingga bisa jadi menimbulkan kebosanan atau banyaknya beban kehidupan individu karena permasalahan ekonomi dan keluarga yang timbul di tengah Pandemi Covid-19. Kondisi kesehatan psikologis seorang individu yang menurun dapat berkorelasi dengan menurunnya imun (Wardhana, 2016) yang tentunya berbahaya di tengah Pandemi Covid-19 saat ini. Berdasarkan hal tersebut terlihat jika penggunaan media sosial tanpa disadari  juga dapat menjadi pemicu tersebarnya Covid-19 secara tidak langsung.
Media sosial yang tanpa disadari dapat menjadi pemicu penyebaran Covid-19 sebenarnya juga dapat dimanfaatkan sebaliknya yaitu sebagai perlawanan terhadap Covid-19 secara tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan media sosial secara bijak untuk bergotong-royong saling membantu sesama yang kesulitan selama masa Pandemi Covid-19 dan menebarkan hal-hal positif dengan saling menyemangati. Terdapat pepatah yang mengatakkan “mulutmu harimaumu” tapi sepertinya sekarang akan berubah menjadi “Jarimu harimau mu”. Jika semua warganet mengambil pilihan untuk melawan Covid-19 dengan memutuskan Hoaks dan menebarkan kebaikkan maka secara tidak langsung media sosial juga telah menjadi senjata yang kuat untuk memenangkan perang melawan Covid-19. Oleh sebab itu, jangan gunakan media sosial sebagai pemicu untuk meledakkan bom Pandemi Covid-19, namun mari gunakan sebagai senjata untuk memenangkan perang melawan Pandemi Covid-19.

Sumber:
KBBI Daring. 2016. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/ pada 19 Juli 2020 pukul 10. 22 WIB.
Kominfo.go.id. 2020. Mari Gunakan Ruang Digital dengan Cerdas di tengah Pandemi Covid-19. Artikel berita KOMINFO. Diakses dari https://kominfo.go.id/ pada 19 JUli 2020 pukul 09. 37 WIB.
Tagar.id.  2020. Dampak Buruk jika Identitas Pasien Covid-19 Dibuka. Artikel beritatagar.id. Diakses dari https://www.tagar.id/ pada 19 Juli 2020 pukul 10. 47 WIB.
Wardhana, M. 2016. Pengantar Psikoneuroimunologi. Bali: Vaikuntha International Publication (VIP).

#KKNUNY2020
#KKNONLINEUNY2020
#KKNMANDIRIUNY2020



2 komentar:

  1. Terima kasih min.. Jadi obat kegundahan kala pandemi nih

    BalasHapus
  2. bener sekali kak. kita harus bijak bersodial media

    BalasHapus

PUPUK CINTA KEBINEKAAN

PUPUK CINTA KEBINEKAAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan warna-warni suku bangsa, agama dan bahasa. Menurut sensus BPS ta...