Kamis, 10 September 2020

Resonansi Pendidikan di Era Disrupsi Teknologi

 


Resonansi Pendidikan di Era Disrupsi Teknologi

Oleh: Febriani

Pendidikan merupakan kata yang sering melintasi koklea manusia dan melekat dalam kehidupan, sebab sering dijuluki sebagai pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Komponen utama yang tak lepas dari pendidikan yaitu tenaga pendidik dan peserta didik. Kedua komponen ini harus berada dalam frekuensi yang sama dalam prosesnya agar tercipta pendidikan harmonis.

Tenaga pendidik dan peserta didik saat ini sedang berada pada dimensi disrupsi teknologi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi dalam proses pendidikan yang berdampak pada keharmonisannya. Dampak yang ditimbulkan diantaranya  membuat proses pendidikan berjalan dengan lancar bahkan memudahkan prosesnya, seperti dengan adanya jaringan internet yang memudahkan peserta didik dalam mengakses ilmu pengetahuan dimanapun dan kapanpun tanpa batas, memudahkan peserta didik dan tenaga pendidik dalam berkomunikasi meskipun tidak berada pada ruang dan waktu yang sama serta memudahkan dalam memonitor sistem pendidikan khususnya pada negara Indonesia yang memiliki wilayah luas dan pulau-pulau yang terpisahkan oleh jarak yang jauh.

Gambar 1. Ilustrasi Penggunaan Teknologi dalam proses pembelajaran

Komponen-komponen pendidikan memiliki frekuensi alami yang sudah terbentuk sebelum adanya disrupsi teknologi. Ketika disrupsi teknologi tiba dengan frekuensinya sendiri maka akan menciptakan beberapa fenomena baru pada pendidikan. Saat frekuensi pada disrupsi teknologi sama dengan frekuensi alami yang dimiliki oleh komponen pendidikan maka akan terjadi peristiwa resonansi dimana komponen tersebut dapat mengikuti perubahan yang dihasilkan oleh disrupsi teknologi, misalnya disrupsi teknologi menciptakan perpustakaan yang dikemas dalam bentuk perpustakaan digital sehingga dapat mengakses lebih banyak buku, artikel, dan jurnal. Peserta didik dan tenaga pendidik dapat mengikuti penggunaan perpustakaan digital ini dan tidak semata-mata mengandalkan perpustakaan konvensional dengan mempelajari cara menggunakan komputer dan mengakses internet untuk bisa menggunakan perpustakaan digital, dalam hal ini tenaga pendidik dan peserta didik telah berusaha untuk mengubah frekuensi alami yang dimiliki agar dapat menyesuaikan dengan frekuensi disrupsi teknologi, sehingga terjadilah amplitudo maksimal atau perubahan terjauh yang dapat dihasilkan pada proses pendidikan. Ketika frekuensi pada disrupsi teknologi sangat tinggi dan frekuensi alami pada komponen-komponen pendidikan tetap maka proses pendidikan tidak merambat dan tidak menimbulkan perubahan pada proses pendidikan

Gelombang yang diciptakan oleh disrupsi teknologi akan memberikan kemudahan terlebih jika frekuensi pada komponen pendidikan dapat sama dengan yang dimiliki disrupsi teknologi. Namun dibalik semua kemudahan yang dihasilkan oleh adanya penjalaran energi ini, terdapat suatu fenomena baru yang terjadi karena adanya perilaku inersia atau keengganan untuk  berubah dari tenaga pendidik. Fenomena yang terjadi ialah dengan tergantikannya posisi tenaga pendidik oleh produk yang dihasilkan pada dimensi disrupsi teknologi ini, misalnya seorang tenaga pendidik memiliki keterbatasan mengenai suatu cabang ilmu yang mungkin ingin diketahui oleh peserta didiknya, tetapi dengan adanya produk yang dihasilkan pada dimensi disrupsi teknologi ini, semua yang ingin diketahui oleh peserta didik dapat terjawab dengan mudah dan cepat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi calon tenaga pendidik yaitu pemuda-pemuda di era milenial saat ini.Tentunya tantangan bagi tenaga pendidik saat ini bukan hanya semata mengenai penguasaan materi, namun juga tentang kemampuan lain yang dapat menunjang proses pendidikan.

Tenaga pendidik tidak akan semudah itu tergantikan oleh produk hasil disrupsi teknologi jika seorang tenaga pendidik khususnya calon tenaga pendidik yang merupakan generasi milenial dapat menciptakan sesuatu yang istimewa dan tidak dapat dilakukan oleh produk hasil teknologi disrupsi, diantaranya ialah dengan mengumpulkan banyak pengalaman selama proses belajar, meraih prestasi-prestasi dan kepribadian yang baik. Hal ini dapat digunakan sebagai modal bagi tenaga pendidik untuk dapat berperan sebagai motivator dan inspirator  demi menunjang pendidikan yang maju. Motivasi dan inspirasi sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pendidikan. Hal ini  dapat diberikan oleh tenaga pendidik, jika sudah dipersiapkan sejak dini serta dapat menjadi jawaban dalam menghadapi tantangan pada dimensi disrupsi teknologi saat ini.



#KKNMandiriDaringUNY2020

#KKNOnlineUNY2020


PUPUK CINTA KEBINEKAAN

PUPUK CINTA KEBINEKAAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan warna-warni suku bangsa, agama dan bahasa. Menurut sensus BPS ta...